Pengertian Keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keluarga adalah bagian dari masyarakat besar yang terdiri
dari ibu bapak dan anak-anaknya (KBBI, 2013).
Menurut
Murdock. Murdock dikutip dalam Lestari (2012, h. 6) menguraikan bahwa “Keluarga
kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja
sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi”.
Menurut
Reiss. Reiss dikutip dalam Lestari (2012, h. 6) mengatakan bahwa “Keluarga
suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki
fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi baru”.
Pengertian Anak
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Anak adalah keturunan yang kedua (KBBI,
2013). “Anak adalah seorang lelaki atau perempuan
yang belum dewasa
atau belum mengalami masa pubertas” (“Anak,” 2014).
Pengertian
Broken Home
Menurut
Matinka (2011, h. 6) “Broken home
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang
menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga tersebut”.
Penyebab Broken Home
Penyebab utama.
Setiap keluarga selalu mendambakan sebuah keluarga yang utuh dan harmonis, jauh
dari pertengkaran atau perpecahan. Namun, setiap keluarga memiliki masalah dan
masalah itu tidak datang begitu saja, tetapi ada penyebab-penyebabnya.
Penyebab utama terjadinya broken home,
yaitu: (a) perceraian, terjadi akibat disorientasi antara suami istri dalam
membangun rumah tangga; (b) kebudayaan bisu, ketika tidak adanya komunikasi dan
dialog antar anggota keluarga; (c) ketidakdewasaan sikap orangtua, karena
orangtua hanya memikirkan diri mereka
daripada anak; dan (d) orangtua yang kurang rasa tanggung jawab dengan alasan
kesibukan bekerja. Mereka hanya terfokus pada materi yang akan didapat dibandingkan
dengan melaksanakan tanggung jawab di dalam keluarga (“Kehidupan Anak Broken
Home,” 2012).
Penyebab
tambahan. Penyebab tambahan yang memicu terjadinya broken home, yaitu: (a)
perang dingin dalam keluarga, karena adanya perselisihan atau rasa benci; (b)
kurang mendekatkan diri pada Tuhan, yang membuat orangtua tidak dapat mendidik
anaknya dari segi keagamaan; (c) masalah ekonomi, yang tidak jarang menjadi
sebab pertengkaran maupun berakhir dengan perceraian; dan (d) masalah pendidikan, kurangnya pengetahuan
suami ataupun istri terhadap keluarga mereka sendiri (“Kehidupan Anak Broken
Home,” 2012).
Dampak Broken Home Pada Anak
Dampak
psikologis. Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya akan
berdampak anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan konskuensi dari
tindakan yang mereka lakukan. Dampak paling utama yang akan melekat sampai anak
tersebut dewasa adalah dampak psikologis. Seorang anak dapat berkembang dengan
baik jika kebutuhan psikologisnya juga baik.
Secara umum anak yang mengalami broken
home memiliki (a) ketakutan yang berlebihan, (b) tidak mau berinteraksi dengan
sesama, (c) menutup diri dari lingkungan, (d) emosional, (e) sensitif, (f) temperamen
tinggi, dan (g) labil. Sebenarnya, dampak psikologis yang diterima seorang anak
berbeda-beda tergantung usia atau tingkatan perkembangan anak (Nurmalasari,
2008).
Dampak
bagi prestasi anak. Akibat dari broken home juga mempengaruhi prestasi anak
tersebut. Anak broken home cenderung menjadi malas dan tidak memiliki motivasi untuk
belajar. Berdasarkan sampel penelitian pada siswa kelas dua SMP Negeri
Baleendah 2 Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa
berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa dari keluarga
utuh, motivasi belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada
motivasi belajar siswa dari keluarga utuh, keadaan keluarga broken home memberi
pengaruh yang cukup signifikan terhadap motivasi belajar siswa (Broto, 2009).
Dampak
bagi perilaku remaja. Remaja broken home yang kurang perhatian membuat self
esteem dan self confident rendah sehingga anak cenderung mencari perhatian dari
lingkungan. Biasanya dengan memberontak, melakukan bullying, dan bersikap
derduktif terhadap lingkungan, seperti merokok, free sex, dan minum minuman
keras (Nurmalasari, 2008).
Cara Mengatasi Broken Home
Tidak semua orang berpandangan bahwa
broken home adalah hal yang negatif. Ada yang berpikir bahwa broken home adalah
jalan yang terbaik bagi keluarganya. Ada beberapa cara untuk meminimalisir atau
mengatasi broken home, antara lain (a) mendekatkan diri kepada Tuhan, (b)
berpikir dan berperilaku positif, (c) saling berbagi, dan (d) mencari kegiatan
positif (“Broken Home dan Cara Mengatasinya,” 2013).
Simpulan
Tanpa disadari orangtua, broken home
secara tidak langsung memberikan dampak yang signifikan kepada anak-anaknya.
Sangat jarang ada orangtua yang memikirkan konsekuensi dari keputusan tersebut.
Dari beberapa dampak yang ditimbulkan, dampak psikologis adalah yang paling
melekat. Walaupun begitu, sebenarnya tersedia cara untuk mengatasi broken home.
Cara tersebut akan efektif bagi setiap keluarga yang mendambakan keluarga utuh
dan harmonis.
Daftar
Pustaka
Anak. (2014, 6 November).
Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Anak
Broken home dan cara mengatasinya. (2014, 3 November).
Diunduh dari http://gubukhukum.blogspot.com/2012/12/broken-home-dan-cara-mengatasinya.html
Hai, kenalkan saya Thella. Aku dan teman-temanku membangun sebuah komunitas "Rumah Kedua" yang menjadi wadah bagi anak-anak berlatar belakang broken home untuk saling berbagi cerita, kasih sayang, dan semangat. Selengkapnya bisa kalian cek di http://mrrsforlife.blogspot.com/ dan kuharap kalian bisa bergabung :) *tetapsemangatya!
BalasHapusHaii namaku rika, aku heran kenapa anak broken home selalu brontak, termasuk aku, apa kalian demikian ??
BalasHapus