open your mind for a new knowledge

Minggu, 21 September 2014

Posted by Litha in | 15.06 No comments

Hello para blogger......
Hari ini saya akan memposting sedikit pengetahuan saya tentang filsafat. Hari ini saya akan membahas tentang Percabangan Filsafat yaitu Metafisika dan Aksiologi. Semoga bermanfaat ya ^^

A.    Metafisika
         Etimologis: meta ta physika = sesudah fisika. Istilah Andronikos dari Rhodes untuk 14 buku Aristoteles yg ditempatkan sesudah fisika (8 buku). Aristoteles sendiri menyebut filsafat pertama (metafisika) dan filsafat kedua (fisika).
         Beragam arti metafisika:
Ø  upaya mengkarakterisasi realitas sbg keseluruhan.
Ø  usaha menyelidiki apakah hakikat yg berada di balik realitas.
Ø  (umum) pembahasan falsafati yg komprehensif mengenai seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada.
         Pembagian metafisika: Metafisika umum (ontologi) dan metafisika khusus yg meliputi: kosmologi, teologi metafisik, fils. Antropologi.

Metafika atau Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles.
Nah. Metafisika atau ontologi ini sendiri dibagi menjadi dua, yakni Metafisika Umum dan Metafisika Khusus. Metafisika umum itu membahas tentang segala sesuatu yang “ada” secara menyeluruh dengan cara memisahkan eksistensi dari penampilan eksistensi itu sendiri, sedangkan metafisika khusus itu membahas penerapan prinsip-prinsip umum ke dalam bidang-bidang khusus. Metafisika umum terdiri dari tiga teori, yakni:

  • idealisme: ada sesungguhnya berada di dunia ide, yg tampak nyata dalam alam indrawi hanyalah bayangan dari yang sesungguhnya. Tokohnya Berkeley (1685-1753): satu-satunya realitas sesungguhnya ialah aku subjektif spiritual. I. Kant (1724-1804): objek pengalaman ialah yang ada dalam ruang dan waktu, penampilan dari yang tak punya eksistensi dan independen di luar pemikiran kita. Hegel (1770-1831): segala sesuatu yang ada adalah satu bentuk dari satu pikiran. 
  • Materialisme: menolak hal yang tak kelihatan. Ada yang sesungguhnya adalah yangg keberadaannya semata-mata material. Realitas ialah alam kebendaan. Leukippos dan Demokritos (460-370sM): realitas bukan hanya satu tapi banyak unsur yg tak dpt dibagi (atom). Hobbes (1588-1679): seluruh realitas ialah materi yg tak bergantung pada pikiran kita. L.A.Feuerbach (1804-1872): material adalah realitas sesungguhnya, manusia bagian dari alam meteri itu.
  •  Dualisme: tipe fundamental substansi adalah materi (secara fisis) dan mental (tdk kelihatan scr fisis). Harus dibedakan dengan monisme dan pluralisme (teori ttg jumlah substansi).

Metafisika khusus dibagi menjadi tiga yaitu Kosmologi, Teologi dan Psikologi. Kosmologi itu membahas tentang alam semesta, yang memandang alam sebagai totalitas sebagai fenomena. Teologi lebih membahas ke arah Tuhan. Sedangkan Psikologi membicarakan tentang jiwa manusia. Pada Teologi para tokoh seperti Anselmus, Descartes, Thomas Aquinas, I.Kant membuktikan bahwa Tuhan ada dengan bukti yang rasional. Bukti-bukti itu adalah sebagai berikut:

  • Argumen ontologis: menyakini bahwa Tuhan itu ada  secara realitas.
  • Argumen kosmologis: setiap akibat pasti punya sebab. Dunia (kosmos) adalah akibat. Penyebab adanya dunia ialah Tuhan.
  • Argumen teleologis: Segala sesuatu ada tujuannya. Seluruh realitas tidak terjadi dengan sendirinya. Pengatur tujuan adalah Tuhan.

  • Argumen moral:Manusia bermoral karena dapat membedakan yang baik dan buruk. Dasar dan sumber moralitas adalah Tuhan.

                     Filsafat Stoa: panteistis – segala sesuatu dijadikan oleh kekuatan ilahi/kekuatan alam. Spinoza melihat segala sesuatu yang ada adalah Tuhan. Skeptisisme sebaliknya meragukan adanya Tuhan.
Banyak juga pendapat para tokoh-tokoh tentang pembuktian ini salah satunya adalah Sigmund Freund yang mengatakan bahwa ada tiga fungsi Tuhan yang utama, yaitu a) penguasa alam, b) agama mendamaikan manusia dengan nasibnya yang mengerikan, c) Tuhan menjaga agar ketentuan/peraturan budaya dilaksanakan.

      B.     Aksiologi
Aksiologi adalah salah satu pencabangan dari filsafat. Aksilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Axios berarti nilai dan logos berarti ilmu. Aksiologi merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Kajian aksiologi sendiri adalah tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi manusia , kajian tentang nilai-nilai, khususnya etika.

Nilai dan Fakta

Aksiologi membedakan “yang ada” dengan nilai, membedakan antara fakta dan nilai. Nilai berperan dalam apresiasi, sementara fakta ditemui dalam konteks deskriptif. Fakta selalu didahului dengan penilaian. Ada tiga ciri-ciri dari nilai, yaitu nilai berkaiatan dengan subjek, nilai tampil dalam konteks praktis, dan nilai menyangkut  sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat yang dimiliki oleh objek. Macam-macam nilai, yakni nilai ekonomis dan nilai estetis,
Nilai dibagi dalam empat kelompok: 1) Nilai yg menyangkut kesenangan dan ketidaksenangan terdapat dalam objek. 2) Nilai-nilai vitalitas - perasaan halus, kasar,  luhur dll, 3) nilai rohani seperti nilai estetis (bagus jelek) benar salah (tidak terikat pada permasalahan inderawi), 4) Nilai Religius. 

Nilai Moral

Ciri-ciri dari nilai moral :

  • Berkaitan dengan tanggung jawab kita sebagai manusia.
  • Berkaitan dengan hati nurani,

  • Mewajibkan.

  • Bersifat formal.

Nilai moral memiliki kekuatan besar yang memaksa untuk menerimanya, walaupun bertentangan dengan hasrat kecenderungan dan kepentingan pribadi kita. Aksiologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu Etika dan Estetika. Etika mengkaji tentang prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang mendasari penilaian perilaku manusia. Etika sebagai filsafat yang memuat pendapat, norma,dan istilah moral. Estetika mengkaji tentang prinsip-prinsip yang mendasari penilaian atas suatu karya seni. 

Subjektivitas dan Objektivitas Nilai

Nilai kadang-kadang dapat bersifat objektif maupun subjektif. Nilai dikatakan objektivitas apabila nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai dengan menggunakan tolak ukur pada objeknya. Sebaliknya, nilai dikatakan subjektivitas apabila subjek  berperan dalam penilaian dan kesadaran manusialah yang menjadi tolak ukurnya.

Thanks for visiting ^^

 Sumber:
Power Point by Dosen Filsafat UNTAR

0 komentar:

Posting Komentar

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter